Makna Kata Tepo Seliro atau Tenggang Rasa

makna kata tepo seliro

Tepo Seliro merupakan sebuah istilah kata berbahasa Jawa yang kini sangat dibutuhkan dalam urusan individu atau kelompok, bermasyarakat dan bernegara. Kalau melihat kondisi sekarang ini dimana mana orang banyak menyebar hujatan, cacian, hingga menimbulkan kebencian satu sama lain sampai beradu fisik seperti tidak ada lagi tenggang rasa.

Terus Tepo Seliro tegese opo (apa makna kata Tepo Seliro?) merupakan sebuah ungkapan nasehat Jawa yang berarti menenggang perasaan orang lain. Kelihatannya ini merupakan sebuah urusan yang mudah dilakukan oleh setiap orang, namun ternyata pada kenyataannya mengenai Tepo Seliro sering diabaikan karna mungkin lupa.

Kami pernah mendengar ungkapan kata sebuah himbauan dari ulama ternama Gus Miftah "Selama kita tidak mencampuri urusan orang lain, kemudian kembali ke kamar masing masing maka tidak akan terjadi sebuah masalah". Berikut ini adalah contoh Tenggang Rasa (tepo seliro) yang sering diabaikan oleh masyarakat :

- Parkir kendaraan tepat di depan pintu rumah tetangga

- Membuang sampah di bak sampah milik tetangga

- Memelihara binatang dilepas seperti Ayam, namun kotorannya hingga ke lantai dan halaman rumah tetangga

- Mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi (ngebut) melintas di lingkungannya

- Memutar musik dengan suara keras padahal tahu kalau salah satu tetangga ada yang sedang sakit

- Mengabaikan talang air atau adanya saluran air buangan yang rusak, padahal airnya meluap ke jalanan

- Dll

Dari contoh tersebut ternyata tingginya tingkat pendidikan juga tidak bisa menjadi patokan seseorang bisa menerapkan yang namanya Tepo Seliro. Bahwa pendidikan juga tidak menihilkan potensi seseorang untuk menjadi lebih baik dari orang lain. Memang seharusnya ibarat padi semakin berisi kian menunduk, tapi kadang tingginya pendidikan seseorang belum tentu sejalan dengan budi pekerti mereka.

Apakah karena sistem pendidikan kita yang salah, atau bagaimana? Apa perlu materi pendidian budi pekerti dan tenggang rasa dijadikan satu mata pelajaran utama di bangku-bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi?

Akan tetapi pemeraintah pemerintah semakin kesini kurang membarikan contoh yang seharusnya, dimana pemerintah sendiri sudah banyak meninggalkan nilai-nilai budaya Indonesia. Seperti dalam membuat kebijakan dari berbagai hal baik itu ekonomi maupun politik.

Jadi apalah artinya membangun sumber daya manusia apabila tidak disertai dengan pendidikan dan etika moral. Sekarang ini hampir semua instansi telah banyak kehilangan nilai tenggang rasa, membuat kebijakan tanpa adanya rasa belas kasihan, semua hanya semata mata mencari kekuasaan dan keuntungan.

Maka dari itu sebagi tempat pendidikan pertama yakni keluarga, orang tua sudah seharusnya bahkan wajib menjadi tauladan bagi anak-anaknya untuk selalu menerapan memberi contoh tepo seliro/tenggang rasa sejak dini. Supaya nantinya tercipta generasi bangsa yang selalu menjunjung tinggi gotong royong dan kerukunan berumah tangga.