Kenapa Banyak Investor Tersesat di Jalan yang Benar, Kurang Literasi?

investor banyak tersesat


Di dunia investasi, banyak orang terjebak dalam "kultus tokoh" tanpa memahami dasar-dasar analisis. Mereka hafal kutipan Warren Buffett atau Lo Kheng Hong, tetapi gagal membaca laporan keuangan atau membedakan “yield” dan “dividend”. Semangat tinggi tanpa literasi finansial hanya menciptakan ilusi, seolah mereka di jalan yang benar, padahal hanya mengikuti kerumunan.


Berikut 10 tanda Anda terjebak dalam "cult investing", dan bagaimana literasi finansial membebaskan Anda dari jebakan ini. Dengan memahami ini agar kita tidak tersesat pada jalan yang akhirnya menjerumuskan investor pemula. 

1. Literasi Finansial Bukan Sekadar Membaca, Tapi Memahami


Banyak investor mengaku "suka belajar", tetapi yang dibaca hanya judul *clickbait* seperti:


- "Saham Ini Diprediksi Naik 100% Tahun Ini!"
- "Rahasia Orang Dalam yang Bikin Kaya Mendadak!"

Literasi sejati bukan tentang menghafal istilah seperti "divergence" atau "risk appetite", melainkan memahami: 


- Perbedaan *value investing* dan *momentum trading*.  
- Kapan suatu strategi cocok digunakan dan risikonya.  
Tanpa ini, Anda hanya mengoleksi informasi, bukan pengetahuan.

2. Mengidolakan Tokoh Tanpa Mempertanyakan Logika


Masyarakat investasi gemar membuat "kultus" figur - siapa pun yang viral dianggap sumber kebenaran. 

 

Contoh:  
- Tokoh A bilang saham X bagus → langsung diburu massa.  
- Tokoh B prediksi resesi → ramai-ramai *short selling*.  

Padahal, pengalaman 20 tahun tidak menjamin seseorang kebal dari kesalahan. Jika Anda membeli saham hanya karena ikut-ikutan, Anda bukan investor - Anda penumpang.  

3. Jalan yang "Tampak Benar" Belum Tentu Cocok


Mengikuti strategi "value investing" karena idolanya sukses, tapi:  
- Tidak paham cara baca *financial statement*.  
- Tidak tahan melihat portofolio *floating loss* 3 tahun.

Ini bukan kegagalan strategi, melainkan kegagalan pemahaman. Setiap investor punya profil risiko dan tujuan berbeda—tidak ada satu jalan yang cocok untuk semua.

4. Kutipan Tokoh Tanpa Konteks = Bom Waktu


Kutipan seperti *"Beli saham seperti beli bisnis"* (Warren Buffett) terdengar bijak, tetapi:  
- Apakah Anda tahu cara menghitung *EBIT* perusahaan?  
- Apakah Anda paham *margin of safety*?  

Meniru keputusan tanpa memahami proses berpikir di baliknya adalah resep kerugian.  

5. Terlalu Percaya Tokoh = Mematikan Alarm Risiko


Ketika idolanya bilang "Ini hanya koreksi sehat", investor fanatik akan bertahan meski portofolio anjlok 40%. Mereka tidak menghitung *downside*, hanya berharap sang tokoh tidak mungkin salah.  

Faktanya:  
- *Fund manager* pun bisa keliru.  
- Investor senior pun pernah *blunder*. 

Jika Anda tidak bisa menilai risiko sendiri, Anda bukan investor—Anda peserta *gamble* berkedok investasi.

6. Fanatisme Membunuh Kemampuan Evaluasi


Contoh nyata: Saham properti dipegang 5 tahun merugi hanya karena "dulu tokoh X bilang bagus". Daripada mengkaji ulang, mereka menyalahkan pasar.

Investasi yang sehat membutuhkan:  
- Evaluasi berkala terhadap strategi.  
- Fleksibilitas mengubah keputusan jika premis berubah.  

Baca juga : 8 Kebiasaan yang akan Membuat Kita Susah untuk Maju

7. Literasi Membebaskan, Kultus Membelenggu


Dengan literasi finansial, Anda bisa:  
- Mendengar pendapat tanpa harus tunduk.  
- Mempertanyakan argumen idolamu secara kritis.  
- Menghormati tokoh tanpa menjadikannya "dewa".  

Tanpa literasi, Anda seperti boneka - bergerak hanya ketika ditarik kata-kata orang lain.

8. "Kalau Dia Bisa, Aku Juga Bisa" Itu Jebakan


Pernah dengar "Lo Kheng Hong bisa kaya dari saham, aku juga bisa!"?  
- Lo Kheng Hong tahan *floating loss* 80% selama 10 tahun.  
- Lo Kheng Hong analisis fundamental, bukan ikut *pump-and-dump*.  

Meniru kesuksesan orang lain tanpa meniru kedisiplinannya adalah mimpi kosong.

9. Investor Tanpa Literasi Selalu Butuh "Juru Selamat"


Mereka terus mencari figur yang bisa memberi perintah: "Beli sekarang!" atau "Jual besok!". Pasar menyukai investor seperti ini - mereka adalah *liquidity exit* bagi pelaku pasar yang paham.  

Dalam pertarungan strategi, yang tidak berpikir menjadi korban.

10. Anda Mulai Bijak Saat Berhenti Mengidolakan


Tanda investor matang:  
- Tidak lagi bertanya "Tokoh A beli apa?", tapi "Mengapa dia beli?".  
- Mampu mengkritik idolanya secara objektif.  
- Memiliki kerangka berpikir mandiri.

Penutup

"Jadilah Investor Merdeka"

Tokoh investasi bisa jadi inspirasi, tetapi bukan sumber kebenaran mutlak. Bangun literasi finansial dengan: 


1. *Membaca laporan keuangan*, bukan hanya berita. 
2. *Memahami risiko* sebelum mengejar imbal hasil.
3. *Membuat keputusan berdasar data*, bukan emosi atau kultus.

Investasi adalah tentang probabilitas dan logika, bukan tentang mengikuti kerumunan. Mulailah berpikir mandiri, dan Anda akan bertahan lebih lama di pasar.

Semoga membantu!

#InvestasiBijak #LiterasiFinansial #CultInvesting

Source image : https://pxhere.com/id/photo/1652040

Artikel Terkait

Buka komentar